Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Selasa, 15 Mei 2012

Diskusi dan Apresiasi Hasil Belajar Melukis Mahasiswa IKJ: Studi Kasus Cat Air

Oleh: Drs. H. Tarmizi Firdaus Nauman, Dosen LB IKJ, (dikemas oleh Nasbahry C), Bagian Kedua



A. Tujuan Penggambaran Seni Lukis Cat Air

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya tentang tujuan dan fungsi seni rupa (visual). Tujuan penggambaran dengan teknik cat air tidak jauh dari fungsi seni yang digambarkan Feldman (1967). Gambaran tradisi, kejiwaan atau kerohanian menunjukkan kepada kita apa yang dipikirkan seniman itu tentang kenyataan (realitas). Namun, yang menjadi permasalahan adalah saat kita membahas karya-karya yang sudah jadi itu, yaitu bagaimanakah kita mendiskusikannya, apalagi jika karya-karya itu adalah karya-karya hasil studi mahasiswa dari segi aspek pembelajaran.

Secara teoritik untuk membahas karya seni memang ada teknik dan proses penulisan yang umum dipakai pada perguruan tinggi seperti (1) tahap deskriptif, (2) tahap analilis formal, (3) tahap interpretasi dan (3) tahap evaluasi (penilaian) ( metode Feldman, 1964) yang masih relevan dipakai saaat ini. 

Namun metode ini mempunyai kelemahan karena tidak komprehensif dapat menggambarkan latar belakang sebenarnya dari sebuah karya. Untuk menggali aspek psikologis yang mendalam tentang karya seniman tentu harus digali dari biografinya sendiri. 

Bukan hanya sekedar mendeskripsikan apa yang nampak kemudian menginterpretasikannya. Jadi ada cara lain yang lebih komprehensif. 

Sebagai tambahan terhadap aspek seni ini, sejarawan seni belajar bagaimana kehidupan seniman, termasuk latihan dan praktek mereka. Sejarawan Seni menjawab pokok pertanyaan dasar objek seni seperti contoh di bawah ini

Tabel Model studi seni (Barnes, 1996; Jiorousek,1995; Feldman 1967)


Pertanyaan
Jawaban yang diharapkan
Siapa yang membuat karya ?
Identitas seniman, biografi dan latar belakang sosial
Kapan dibuat?
Periode, gaya seni dan genre
Bagaimana karya itu dibuat?
Teknik dan media karya seni serta medium ungkapan seni
Apa maksudnya?
Tujuan dan maksud seni
Apakah makna karya itu?
Pokok materi seni (subject matter) dan konteks sosial (social contex)
Seberapa besarnya karya itu
Dimensi karya seni, lebar, panjang, tinggi, berat dsb
Siapa seniman terkenal pada periode tertentu yang mirip dengan karya ini
Tokoh seniman pada periode tertentu sebagai perbandingan
Apa karyanya yang terkenal dari jenis teknik itu
masterpiece, sebagai perbandingan




Dengan tabel di atas mudah kita untuk memahami bahwa jika sebuah pagelaran dan pameran seni kontemporer atau seni tradisional dapat menunjukkan periode waktu, pokok materi seni atau konteks sosial seni yang dimaksud, hal ini diungkapkan dalam leflet, brosur atau boklet pameran, dan bahkan dengan harga karya seni itu sekaligus jika akan dijual (bukan sekedar dipajang saja). 

Sesuai dengan uraian di atas maka kita mencoba membahas beberapa hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah di uraikan di atas. Terutama sekali tentang (1) beberapa aspek psikologis dalam pembelajaran seperti persepsi, motivasi, minat, sikap, (2) proses pembelajaran, (3) Tujuan pembuatan seni lukis Cat Air. 

Untuk memudahkan maka karya-karya yang di bahas adalah dari 5 orang mahasiswa yang dapat diperlihatkan pada tabel berikut. Jumlah karya yang di bahas 25 bh 

Tabel Tujuan Penggambaran Lukisan Cat Air
Tujuan Penggambaran Lukisan Cat Air
Jlh
No
Nama Mahasiswa
Lanskap
Alam Benda
Gambaran Sosial
Ungkapan Kejiwaan
Fantasi/ Ilusi

1
Toto
5
1
2
-
-
8 bh
2
Munadi Annur
2
1
3


6 bh
3
Daeng
2
-
2
2
-
6 bh
4
David Pakpahan
-
-
3
-
-
3 bh
5
Fauzan
1

1


2 bh


11
2
10
2

25 bh
          
1. Lukisan Lanskap (Pemandangan) dan Lukisan Alam Benda
Istilah realisme dan naturalism digunakan untuk menjelaskan bagaimana cara suatu objek dilihat, yang dilukiskan pada suatu karya seni dan menyerupai apa yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini sebenarnya erat hubungannya, tetapi tidak dapat bertukar tempat. Realisme memperlihatkan suatu peniruan setepat mungkin seluruh objek seni) reality = sesuai dengan kenyataan, baik atau buruknya. Dalam hal ini kepentingan pribadi atau ekspresi seniman dikesampingkan dalam menunjukkan realitas
2. Gambaran Sosial
Seniman, melalui pekerjaan mereka, menangkap unsur realitas, diantaranya adalah realitas sosial. Sama seperti seniman/artis, sosiolog juga dapat melihat berbagai bentuk realitas sosial yang ditangkap dengan metode ilmu mereka. Dan dengan demikian mereka mengeksplorasi realitas itu untuk menjelaskan kenyataan sosial.
3. Ungkapan Kejiwaan
Tidak peduli bagaimana realistis atau abstraknya suatu karya, sebuah karya dapat juga ekspresif dalam pengfertian komunikatif. Perbedaan warna atau keras sapuan kuas dapat menyampaikan ungkapan emosi, seperti kesedihan mendalam atau kemarahan. Garis lembut dan warna yang lunak dapat menimbulkan emosi menenangkan Adalah mudah untuk berasumsi bahwa seniman menyatakan emosi dan perasaan mereka pada waktu menciptakan suatu pekerjaan, tetapi lebih sering seniman memilih suatu gaya ekspresif sesuai dengan subjek matter, gaya atau pengaturan model karyanya.

B. Contoh-contoh Lukisan
Contoh Lukisan Toto


Kesimpulan Sementara: Toto lebih banyak tertarik untuk menggambarkan lanskap atau pemandangan ketimbang lukisan yang bertemakan sosial dan atau psikologis.

1. Lukisan Karya Munadi Annur
Tabel Lukisan Karya Munadi Annur


Kesimpulan Sementara: Kehidupan nelayan menarik minat Munadi dan gambaran sosial itu sekaligus menggambarkan lanskap

2.Lukisan Karya Daeng
Tabel Lukisan Karya Daeng

Kesimpulan Sementara: Karya-karya Daeng lebih sarat dengan gambaran sosial  dan kejiwaan

3. Lukisan Karya David Pakpahan
Tabel Lukisan David P
Kesimpulan Sementara: Karya-karya David mirip dengan Daeng lebih sarat dengan gambaran sosial  dan kejiwaan

4.Lukisan Karya Fauzan 
Tabel Lukisan Fauzan 

C. Karakteristik Lukisan

1. Karakteristik Lukisan Karya toto
Karya-karya Toto cendung penuh detail (lengkap), kedalamannya terasa, ada perspektif dan sebagainya.

Karya Toto 1
Lukisan ini adalah sebuah dokumentasi yang lengkap. Bahkan Toto membuat detail dengan rapi. Dengan melihat bayangan gelap terang yang begitu kontras, kita bisa membayngkan situasinnya adalah pada siang hari. Bagian yang terlindung sinar matahari, dibuat gelap. Sementara jalanan berwarna terang benderang, menggambarkan matahari sedang panas-panasnya. 

Pohon-pohon di kejauhan digarap dengan detail, bahkan kita masih melihat detail dedauanan yang begitu rapi. Saya sempat berpikir, apakah itu perlu? Maksudnya, bukankah bahagian yang jauh bisa digarap seperlunya dengan sapuan-sapuan tipis, lalu bahagian depan dibuat lebih detail. Dengan demikian orang yang melihat lukisan bisa lebih focus. 

Kita di sini melihat perspektif yang rapi, terjaga dan terukur. Bangunan-bangunan makin kecil, jalanan makin jauh makin kecil. Begitu pula gerobak atau pun becak, makin dekat makin dekat ukurannya makin besar. Dalam perspektif warna, halnya tidak demikian. Warna hijau di kejauhan hampir sama dengan warna hijau dekat (foreground). Bila hal ini diperhatikan, saya yakin hasilnya akan lebih bagus. 

2. Karakteristik Lukisan Karya Munandi Annur 
Sesuai dengan analisis di atas daat ditarik kesimpulan sementara bahwa (1) kehidupan nelayan menarik minat Munadi (Muna) dan (2) gambaran sosial itu sekaligus menggambarkan (3) lanskap. 

Melihat karya-karya Muna, kita sering bertemu dengan warna-warna kusam, cokelat kehitaman. Agak jarang bertemu karya-karya Muna dengan warna-warna meriah, seperti taman bunga di pagi hari, rumput-rumput hijau dengan bunga melati putih. Dia lebih pas kalau melukis kalangan bawah, rumah-rumah pemulung, keranjang-keranjang tempat sampah, dan sebagainya. Warna-warnanya sering monotone, cenderung menyatu, bukan warna primer atau kontras. Padahal warna itu banyak. Cat air dan cat minyak sering dijual 12 warna, atau 24, bahkan 48 warna. Tapi Muna seolah-olah hanya memakai dua atau tiga warna saja. Itupun warna-warna muram! Muna menjelaskan, ketika bentuk adegan dengan obyek yang agak kumuh, gelap, dan yang semacam itu, Muna malah senang! Itu malah mengingatkannya pada sesuatu yang klasik. Boleh juga yang agak “ramai” tapi masih sekitar warna coklat yang bercampur hijau
  
Gambar Karya Muna 1
Coba lihat gambar ini, seorang laki-laki sujud syukur di pinggir pantai. Pantainya tidak bersih. Dia bukan sedang sholat, tapi sujud syukur. Mungkin ada sesuatu berita yang menggembirakan hatinya, sehingga dia pun mengekspresikan syukurnya dengan bersujud. Muna menjelaskan, ini adalah kebiasaan orang di Lombok. Sebetulnya bukan hanya di Lombok, tapi di manapun juga, di mana Islam itu mewarnai kehidupan masyarakatnya, maka hal itu bukan menjadi barang yang asing. 
Coba lihat gambar yang ini, dua orang naik sepeda tidak pakai baju. Mengapa? Muna menjelaskan, itu bukan penduduk asli Lombok, itu turis. Sudah biasa turis berpakaian sesukanya. 
Penulis mempertanyakan mengapa Muna selalu memberikan tanda tangan di pojok bawah karyanya dengan tulisan latin yang sangat rapi, mirip dengan tulisan tuan pengajar di zaman Belanda. Mengapa demikian? Muna mengatakan, itu hanya untuk membedakan. Supaya ada ciri tersendiri. 
Gambar Karya Muna 2 
Kalau ini gambar panci, terbuat dari tanah liat. Warnanya cokelat. Tapi ada bahagian yang kehijau-hijauan. Itu dimaksudkan supaya ada kesan tua/usang. 

3.Karakteristik Lukisan Karya Daeng 
Mari lihat lukisan Daeng berikut ini. Dua laki-laki beradu pukul dengan tongkat. Di latar belakang ada sekelompok orang menonton dan memotret. Laki-laki yang sebelah kiri di atas kepalanya seperti ada mahkota dari dedaunan. Jadi sedikit agak mirip kepala suku Indian. Seharusnya background dilukis dengan warna-warna sedikit lembut, sehingga kita tahu dia ada di background. Dia bukan bagian dari foreground ata aksesoris dari subjek. Lukisan perang tandin ini dibuat Daeng tidak terlalu detail. 

Gambar Karya Daeng 1 
Beda dengan lukisan dengan objek beberapa keranjang. Lukisan dikerjakan dengan rapi. Bukan lagi hanya menangkap kesan. Seperti dibuat daru ritan, dan kerut-kerutnya digambarkan dengn sangat teliti. Mengapa bisa demikian? Daeng mengatakan ada memang seperti “tidak diselesaikan”, karena dia menganggap justru itu sudah mencukupi. “Saya melihat itu lebih ekspresif demikian! Bagus... jadi saya tinggalkan saja begitu.” 
Antara cat minyak dan cat air, ternyata Daeng lebih menikmati cat air. Dia lebih senang bermain warna dari pada cat minyak. 
Gambar Karya Daeng 2 
Sebuah karya Daeng, ada bukit kecil berbentuk piramida, lalu ada air berwarna kecoklatan. Di bagian depan ada sebuah kapal. Namun sekilas melihat tidak seperti kapal. Boleh jadi karena ada orang-orang dari kapal yang masih perlu digarap lebih jauh. Boleh kita menggambar sesuatu tidak sampai selesai, tapi kalu objeknya menjadi tidak jelas, berarti ada sesuatu yang kurang dalam gambar tersebut. Langitnya dibiarkan putih tanpa awan, tapi itu tidaklah masalah. 
Berbeda dengan Muna, Daeng memakai warna-warna yang ceria. Laut terlihat lebih jernih. Warna-warna hijau dikejauhan sangat segar, seperti baru tumbuh disiram hujan. Kapal kayunya masih kelihatan “cantik”. Beda dengan Muna yang serba muram, kumuh dan agak gelap. Hebatnya lagi, pantainya amat bersih! Tak ada sampah sedikitpun! Apa memang begitu, atau barangkali pelukisanya yang “membersihkan” pantai tersebut? 
Gambar Karya Daeng 3 
Lukisan selanjutnya menggambarkan seorang nenek tua di depan sebuah rumah. Rumahnya pun sudah mulai goyah. Rumah dan nenek sama-sama goyah. Kerut-kerut wajah dan tangannya ditunjang oleh background rumah yang sudah doyong kiri, doyong kanan. Tinggal menunggu detik waktu kemudian selesai! Lukisan nenek tua dan rumah yang hampir roboh ini antara subjek dan backgroundnya tidak saling mengganggu, malah saling melengkapi. 
Penulis memberikan komentar: “warna-warna lukisan muda seperti nenek yang berduka cita akan kematian cucunya”. Itu hanya sebuah komentar, padahal sebetulnya dia bermaksud agar lukisannya kelihatan agar tua dan klasik. 

4. Karakteristik Lukisan Karya David Pakpahan 
Dari melihat lukisan-lukisan David kita dapat kemiripan dengan karya Daeng lebih sarat dengan gambaran sosial dan kejiwaan, yaitu ingatan-ingatan akan tempat, bentuk-bentuk yang khas lokal, seperti kendaraan lokal, bangunan berciri Lombok, angkotan grobak khas daerah lombok. 

5. Karakteristik Lukisan Karya Fauzan 

Gambar Karya Fauzan 1 
Satu karya Fauzan menggambarkan dua orang sedang berduel. Karya tersebut dinamakan Perang Cirang, Seolah pertarungan yang sungguh-sungguh tapi sebenarnya tidaklah demikian. Walau demikian, bila terkena pukulan akan terasa sakit yang lumayan. 
Kesan penulis karya-karya Fauzan dibandingkan karya-karya Toto, serasa tidak selesai. Dibandingkan karya-karya Toto, karya-karya Fauzan serasa tidak selesai. Mengapa? Karena karya-karya Toto cendung penuh detail, kedalamannya terasa, ada perspektif dan sebagainya. 
Fauzan menjelaskan mengapa ia melakukan itu. Dia tidak bernaksud menggambar serasa lengkap, tapi cukup menangkap kesannya saja (impresionistis). Jadi seandainya sketsa cair ini diangkat ke atas kanvas, kesan ini sudah terasa cukup. Yang memesan gambar ini pun berpesan, agar tidak usah terlalu detail.

D. Sistem Pembelajaran 
Ada tiga metode yang sering penulis lakukan antara lain adalah medode tanya jawab, metode demostrasi dan metode demostrasi, dan pemberian Tugas

1. Metode tanya jawab 
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh peserta didik. Di samping itu, pengajar juga memberi peluang untuk bertanya kepada murid, kemudian peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya. 
Apabila tidak ada peserta didik yang dapat menjawab maka pengajar dapat mengarahkan atau memberikan jawaban. Salah satu persyaratan untuk metode tanya jawab ini adalah peserta didik harus sudah punya bekal awal tentang topik yang akan dipelajari. Artinya, peserta didik harus belajar lebih dahulu sebelum materi dibahas di kelas. 
Bila peserta didik tidak punya bekal awal tentang materi yang akan dibahas maka kondisi belajar atau kelas tidak akan aktif, dengan kata lain metode tanya jawab tidak dapat berjalan dengan baik. Peran pengajar sangat penting dalam merancang pertanyaan yang tepat atau sesuai dengan tujuan pembelajaran dan indikator yang disusun dan kemudian mengarahkan jawaban peserta didik terhadap pertanyaan yang berkembang. 
Salah satu contoh metode tanya jawab ini ini adalah sebagai berikut: ( wawancara tanggal 26 Maret 2012 di salah satu studio di IKJ.) 
Antara cat air dan cat minyak, Muna menyukai keduanya. “Ada keasyikan masing-masing,” katanya “Cat air itu menarik! Dia punya karakter sendiri.” Bahwa peralatan melukis cat air lebih mudah dari cat minyak, dia juga menyukai. Seperti diketahui, untuk melukis cat air, peralatannya sangat sederhana. Sekotak cat air, beberapa kuas, tempat mencampur warna. Adapun air, segelas Aqua pun mencukupi. Kalau melukis dengan cat minyak, biasanya ukuran kanvas lebih besar dari kertas. Belum lagi minyak cat, standar untuk memasang lukisan, bensin untuk mencuci kanvas, dan sebagainya.


Terlepas dari itu semua, menurut Muna, melukis dengan cat air itu sangat menarik.

Penulis mempertanyakan, karya-karya yang dibuat tentang Lombok dan Sumbawa itu, apakah disebut lukisan, gambar, atau sketsa? Atau, “apa pengertian sketsa bagi Anda?”

Fauzan melihatnya sebagai ekspresi cat air. Ada buku berisi karya-karya cat air Muna dan kawan-kawan, judulnya berbunyi, “Wonderful Indonesia Dalam Sketsa.” Jadi, bagaimana yang dimaksud dengan sketsa?

Muna melihat sketsa sebagai, “sesuatu yang digambar langsung, tapi kesan saja. Tidak perlu melukiskan sesuatu secara detail.”

Fauzan melihat sketsa sebagai, “penggambaran awal apa yang kita lihat. Hanya sebatas menggambarkan bentuk-bentuknya saja.” Jadi setelah sketsa itu dibawa pulang ke rumah, ketika dipindahkan ke kanvas, yang lebih besar, maka sketsa berfungsi sebagai rujukan. Dengan melihat sketsa, memori yang sudah terekam sebelumnya, akan muncul kembali lebih utuh.

Fauzan menegaskan lagi bahwa sketsa itu adalah semacam catatan awal. Dengan peralatan yang lebih sederhana, kita bisa membuat “catatan-catatan awal” yang baik.

Muna mengatakan, “lingkungan yang beraneka macam seperti ini punya keasyikan tersendiri.” Mulanya belum bisa menyesuaikan diri, tapi sekarang sudah bisa menikmati.

Penulis bertanya kepada Muna, apakah nanti akan jadi pelukis sepenuhnya? Atau pelukis kaligrafi? “Begini,” kata Muna, “mulanya saya ingin bisa kaligrafi. Setelah bisa kaligrafi, saya belajar lagi melukis. Kalau sudah bisa, saya belajar lagi, seterusnya. Kalau ilmu kita sudah banyak, insya Allah, segala sesuatunya bisa lebih mudah lagi, lebih risyqam* ”.

Mengenai profesi berkesenian, dia optimis, insya Allah, bisa. Bukankah segala sesuatu harus dimulai dengan keyakinan? “Kalau kita mulai melangkah, kita harus melangkah dengan yakin.”
2. Metode Demostrasi
Seperti yang telah diuraikan pada bab-4, penulis sering memberikan perkuliahan dengan metoda demostrasi. Demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses, mekanisme atau cara kerja suatu alat yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Pada metode ini adakalanya pengajar lebih aktif daripada peserta didik, jika pengajar yang melaksanakan demonstrasi. Tetapi dapat juga peserta didik yang diminta pengajar untuk mendemonstrasikan suatu cara kerja, prosedur atau mekanisme kerja suatu alat di bawah bimbingan pengajar, atau peserta didik yang sudah dilatih sebelumnya. 

Sebagai catatan, di IKJ jurusan seni lukis, ada kebiasaan yang baik, di mana mahasiswa diminta melukis menghadap ke dinding. Sehingga semua orang bisa melihat cara dia bekerja. Manfaat pertama adalah menimbulkan rasa percaya diri. 

3. Metode Pemberian Tugas 
Seperti yang telah diuraikan pada bab-4, penulis sering memberikan perkuliahan dengan metoda pemberian tugas (resitasi). Umumnya metoda ini digabung dengan metoda lain seperti ceramah dan demonstrasi. Penulis menugaskan kepada peserta didik untuk mengerjakan sesutu dengan tujuan memantapkan, mendalami, dan memperkaya materi yang sudah dipelajari atau menemukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relevan atau sesuai sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Tugas yang diberikan kepada mahasiswa adalah dalam bentuk Sketsa Cat Air Tentang Lombok dan Sumbawa [1]

Tugas ini dapat dilakukan seperti pengajar menyuruh peserta didik membaca, membuat makalah, membuat kliping, membuat ringkasan, membuat tugas presentasi, tugas observasi, dan sebagainya. Jangan sampai peserta didik merasakan beban berat atau merasa terpaksa melakukan tugas, apalagi mereka tidak tahu manfaat tugas yang dilakukan. 
Oleh karena itu, pengajar harus merancang tugas sebaik mungkin sehingga mereka merasakan manfaat yang besar dari tugas yang dilakukannya. Setiap tugas yang dibuat peserta didik harus dihargai oleh pengajar, diberikan umpan balik, misalnya dikoreksi, dikomentari, dan dinilai. Di samping itu, tugas yang diberikan kepada setiap peserta didik harus jelas dan petunjuk- petunjuk yang diberikan harus terarah. 
Metode tugas juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kedua dosen pembimbing atau siapa saja dapat memberi masukan pada saat acara melukis berlangsung. Ketiga, mahasiswa bisa saling melihat teknik melukis masing-masing. Mereka bukan saja saling tukar informasi soal-soal kesenian, tapi juga melihat bagaimana temannya mencampur warna, meggoreskan kuas dan sebagainya. Hal seperti ini membuat wawasan mereka bertambah luas. 

4. Metode Proyek 
Seperti yang telah diuraikan pada bab-4, pembelajaran melalui metode proyek dilakukan dengan cara menghubungkan sebanyak mungkin fakta atau fenomena dengan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik. Dalam hal ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang nyata yang ada di dalam masyarakat sehubungan dengan bidang seni yang dipelajari oleh mahasiswa. 
Melalui metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik,. menyalurkan minat, serta melatih peserta didik menelaah suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas dalam masyarakat. Dalam kasus ini proyek dapat dalam bentuk (1) fiktif (simulasi), (2) proyek nyata yang ada dalam masyarakat. 
Dalam beberapa mata kuliah ada dapat dilakukan secara nyata dan ada juga yang tidak, misalnya dalam membuat sebuah jembatan tidak mungkin seorang mahasiswa mengejakan jembatan, dalam hal ini tugas proyek diberikan dalam bentuk fiktif atau simulasi. Namun dalam kebanyakan tugas pembelajaran melalui proyek dapat dilakukan dalam bidang seni misalnya pekerjaan pemuatan mural. 
Dalam kasus ini metoda pembelajaran ini bukanlah meoda pembelajaran fiktif yang berasal dari dosen tetapi dari mahasiswa sendiri sebagai berikut ini. 
Fauzan kawan-kawan mengerjakan mural besar berukuran 17x6 meter. Mulanya Fauzan membuat lukisan mural di Fakfak, Papua. Pada saat itu dia sudah berstatus mahasiswa di IKJ. Semasa liburan ke Papua, dia membuat satu mural di kampung halamannya.Ukuran mural tersebut tidaklah terlalu besar, kira-kira 3x2 meter. Di atas tembok pemilik rumah yang masih saudara dengan Fauzan.


Kemudian ada orang Papua juga yang kebetulan melihat mural di Fakfak teresebut. Beliau minta dibuatkan satu di Jakarta. Dengan ukuran 17x6 meter. Fauzan pun mengerjakannya bersama dengan kawan-kawannya. Mereka berjumlah 5 (lima) orang. Salah satu di antaranya adalah Guntur, yang juga seorang staf pengajar IKJ.

Bila mural di Papua pembuatannya memakai skala, lain halnya yang di Jakarta ini. Dikarenakan ukurannya yang terlalu besar, mereka memakai proyektor.
E. Beberapa aspek Psikologis dalam Pembelajaran: Persepsi, 
     Motivasi, Sikap dan Minat Mahasiswa

Tidak dapat dihindari bahwa aspek internal (psikologis) mahasiswa berperan penting dalam berhasilnya proses pembelajaran di IKJ. Beberapa aspek psikologis peserta didik tidak bisa diabaikan atau dengan kata lain harus mendapat perhatian atau perlu diketahui. Aspek-aspek tersebut adalah persepsi, minat, sikap, motivasi dan aktivitas yang timbul atau berkembang dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari hasil diskusi dan rekaman selama proses pembelajaran di IKJ.

1. Toto
Gambar Karya Toto 1 
Bagaimana pandangan kalian dengan karya-karya sketsa Toto? Apakah masih bisa disebut sketsa, mengingat detailnya sangat rapi terperinci. Terlihat misalnya pada dedaunan yang dibuat begitu detail.

Fauzan berpendapat karya-karya Toto berasal dari sketsa-sketsa tapi sudah menjadi lukisan pada akhirnya. Lalu, apa sebetulnya yang membedakan lukisan dengan sketsa? Fauzan berpendapat: “Lukisan itu ada dimensinya, warnanya, bentuknya, Lebih komplit, lebih selesai”.
Tabel Aspek Psikologis dalam Pembelajaran 1
Persepsi
Motivasi
Sikap
Minat
Cat air sebagai medium yang menyenangkan
Berminat kepada lukisan cat air
Pekerja keras
Mengerjakan pekerjaan melukis cat air lebih teliti





2. Munadi Annur
Munadi Annur, atau disingkat Muna, berasal dari Aceh. Pada awalnya dia ingin jadi pengusaha. Namun, nasib membawanya bersentuhan dengan dunia seni, tapi dia menghindar untuk mengatakan akan menjadi seniman. Jadi ada semacam persepsi bahwa istilah seniman itu tidak membanggakan. 
Beberapa hasil diskusi dengan Munadi sebagai berikut. 
Dalam diskusi dia mengatakan bahwa dia hanya “ingin belajar melukis,” itu saja. Ketika ditanyakan mengapa memilih IKJ, padahal juga ada ISI Yogyakarta atau Seni Rupa ITB di Bandung, Muna menjelaskan, awalnya dia bingung di mana mau kuliah. Semua masih belum jelas. Angka-angka di dalam ijazahnya juga tidak begitu bagus. Dia juga menyadari bahwa dia bukan termasuk peserta didik yang menonjol kepintarannya, katakanlah, sedang-sedang saja
Muna lulus SMA tahun 2008, pada awalnya dia masih bingung mau kuliah di mana. Pada awalnya dia masuk LEMKA di Sukabumi. LEMKA yaitu Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an. Waktu belajar di LEMKA itu sekaligus mencari-cari tempat kuliah yang cocok. 

Masih bingung mau kuliah di mana, tapi sudah ada keinginan kuliah di bidang seni. Sempat tes juga di tempat-tempat lain, tapi rupanya masih belum berhasil. Ada niat mau tes sampai ke Yogyakarta, tapi ayahnya berkeinginan agar lebih dahulu mencari sekolah di Jakarta. Sebab ada teman ayahnya yang tinggal di Bekasi yang menyarankan supaya masuk IKJ saja. Muna setuju, langsung berangkat ke Jakarta. 

Latar belakang Muna memang menyenangi kegiatan menggambar, misalnya dengan meniru-niru gambar komik. Hal ini dia lakukan dengan membaca komik dan memperhatikan gambar-gambarnya, kemudian dia mulai meniru.

 Umpamanya komik versi Eropah Conan yang otot badannya besar dan kekar itu, atau komik Naruto dari Jepang, atau Samurai X, yang kebanyakan adalah komik dan tokoh-tokoh kartun dari Jepang. 
Beberapa aspek psikologis dapat terungkap dari rekaman berikut ini. 
Penulis bertanya kepada Muna, bagaimana dia mengembangkan keahliannya (skill)? Apakah dengan melihat pelukis lain, dosen, teman-teman sesame mahasiswa, atau dengan cara bagaimana? Muna menjawab : “Prinsipnya dari siapa saja dan di mana saja! Selama itu bisa diambil, (maka) diambil! Jangan berpatokan pada satu orang saja. Itu masih kurang!”. 
Alhamdulillah Muna merasa banyak mendapat keuntungan belajar di IKJ. Misal pada saat baru masuk IKJ, dari tidak tahu apa-apa, sampai mengerti. Termasuk juga merasa banyak mendapat pelajaran dari teman-teman.
Tabel Aspek Psikologis dalam Pembelajaran Melukis Munadi A.
Persepsi
Motivasi
Sikap
Minat
Tidak mau dianggap seniman
Ingin menjadi pengusaha
Pembelajaran melalui lingkungan
Awalnya Tertarik dengan gambar komik
Tidak menganggap diri pintar
Belajar melalui peniruan
Banyak belajar dari teman-teman
Ingin belajar melukis
Menganggap bahwa lingkungan  di IKJ  dan Jakarta kondusif untuk belajar

Prakmatis , bukan idealis


3. Daeng
Berbeda dengan teman-temannya yang lain, sejak awal Daeng sudah bercita-cita menjadi pelukis. Mengenai usaha mengembangkan diri, dia beranggapan banyak panduan yang bisa memperkaya diri. Termasuk belajar teknik melukis lewat internet. Suasana belajar di IKJ cukup baik. Kalau perlu masukan ada juga sedikit. Kadang-kadang kurang diperhatikan.

Hasil diskusi dengan Daeng adalah berikut ini.
Apakah maksud Daeng supaya dosen lebih banyak berdialog dengan mahasiswa. Daeng juga merasa sangat beruntung bisa belajar kepada teman, sambil menunjuk Muna dan Fauzan sebagai contoh. Tidak perlu merasa lebih tinggi, lebih rendah, yang penting sama-sam “sharing”, berbagi ilmu. 
Penulis berpendapat, iklim positif yang seperti inilah yang harus ditumbuhkan di kalangan mahasiswa. Walaupun ada perlombaan, tapi dengan cara-cara yang sehat. Walaupun ada persaingan, tapi persaingan yang positif. Tidak merasa segan memberi ilmupada yang lain. Kalau ingin lebih berhasih, berusahalah lebih keras. Bukan dengan menjegal orang lain. Kalau orang lain lebih maju di pada kita, pakailah momen itu untuk instrospeksi diri. Dengan tidak mengungkit-ungkit kekurangan orang lain. Setiap orang ada kelebihan, ada kekurangan.
Daeng bersemangat mengikuti lomba-lomba atau yang semacam itu. Kadang ada juga menang, kadang ada juga kalah. Tapi belum bisa jadi juara satu. Tidak apa. Coba terus... mudah-mudahan satu kali dapat. 

Daeng merasa orang tuanya cukup mendukung, walaupun pada awalnya agak kurang. Mengapa? Karena, pada umumnya di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta, profesi melukis masih dilihat dengan sebelah mata. Belum bisa menjanjikan. Tetapi, belakangan ini, melihat kesungguhan Daeng, maka orang tuanya akhirnya sangat mendukung.

Lukisan-lukisan yang dibuat tentang lomba ini adalah melalui foto. Padahal akan lebih menyenangkan kalau melukis langsung di tempat kejadian. Ketika melukis melalui foto, ada sesuatu yang hilang. Beda dengan melukis di tempat kejadian.

Mengenai ketertarikannya dengan alam adalah berikut ini.
Ketika langsung berhadapan dengan pantai, ada sensasi yang lain. Kena tiupan angin, kena gerimis, atau terik matahari sore. Atau sensasi ketika matahari terbenam. Beberapa di antara mereka mengatakan : “Tidak usah dibayar pun kami siap berangkat! Asal dibayar tiket pesawat dan menginap!”, kata mereka antusias.

Untuk ke depannya, boleh jadi IKJ perlu mempertimbangkan hal tersebut. Atau barangkali kerjasama dengan pemda setempat. Bayangkan! Mahasiswa-mahasiswa IKJ ada yang ke Manado, Kalimantan, Sumatra Barat, dan lain-lain. Lalu merekan tempat-tempat yang indah itu dengan goresan kuas mereka. Lukisan cat air itu menyimpan daya tarik yang luar biasa. Kalau foto, sudah terlalu banyak.
Mungkin awalnya memerlukan biaya. Tapi penulis berpikir ini adalah sebuah investasi. Menurut Fauzan: “Ada kepuasan tersendiri berhadapan dengan langsung dengan alam!”.

Tabel Aspek Psikologis dalam Pembelajaran Daeng
Persepsi
Motivasi
Sikap
Minat
Dosen dan teman sebagai sumber belajar
Bercita-cita menjadi pelukis
Pekerja keras
Belajar langsung kepada alam lingkungan


Belajar dengan giat termasuk melalui internet
Minat kepada keragaman budaya indonesia

4. Fauzan
Fauzan pelukis muda kelahiran Papua. Ketika ditanya apakah dia sejak kecil sudah bercita-cita jadi pelukis? Ternyata tidak. Malahan tidak terpikir ke arah itu. Pokoknya ingin jadi orang yang mandiri dengan bekerja keras. Masalah bekerja keras ini sangat dia tekankan. Dan hal itu terbukti di dalam karya-karyanya. Sudah satu lukisan mural yang dikerjakannya dengan beberapa temannya berukuran 19 x 6 m. Lumayan besar, dikerjakan dalam waktu tidak sampai seminggu. Dengan finishing-finishing yang lumayan baik, tidak terburu—buru asal jadi.

Pernah sempat kuliah di Bandung dalam bidang elektronik. Tidak sampai satu semester, Fauzan keluar dengan alasan tidak betah. Belum ada yang pas rasanya. Kemudian dia ikut kursus selama enam bulan di Bandung, masih dalam bidang kelistrikan. Setelah selesai, dapat sertifikat. Kemudian, dia magang di Hotel Horison, Bandung. 

Di sana, dia bekerja sebagai pembantu di bagian engineering, kalau-kalau ada instalasi yang rusak, dan sebagainya.
Lalu, bagaimana seorang Fauzan yang bekerja di bidang kelistrikan ini mulai bersentuhan dengan dunia seni? Ceritanya berawal dari ketika pulang dari Hotel Horison di Bandung itu, dia melihat ada orang yang melukis di pinggir jalan. 

Hal itu membuat dia sangat tertarik, kemudian berhenti dan menonton sejenak. Dia mencoba berdialog, bertanya macam-macam hal, tapi tidak bertanya bagaimana teknik melukis. Fauzan hanya melihat, dan melihat. Apa yang dilihatnya itu, dipraktikkannya di rumah.
Menurut pengakuannya, dia tidak pernah belajar kepada seorang pelukis terkenal, atau yang semacam itu, “Umpamanya, bahan apa yang dipakai? 

Harganya berapa?” kemudian pulang ke rumah lalu mulai mecoba-coba apa yang sudah dilihatnya itu. Lama-lama, alhamdulillah, berhasil juga.

Beberapa hasil diskusi dengan Fauzan
Penulis bertanya pada Fauzan, “Apakah setelah asyik melukis seperti sekarang ini, ada niat untuk kembali ke dunia kelistrikan?” Dia menjawab, “untuk sementara, itu sebagai pegangan saja. Kalau terjadi kerusakan sesuatu di bidang itu, kita bisa memperbaiki. Tidak perlu memanggil orang lain, atau teknisi khusus.”

Apakah optimis hidup dengan berkesenian, terutama seni lukis? Bukankah kehidupan ini cukup keras, misalnya BBM naik, beras mahal, dan sebagainya?

“Ambil hikmahnya saja,” kata Fauzan, “yang penting buat aku, kalau ada kesempatan, ambil saja. Apakah itu mural? Ambil. Apakah itu airbrush? Ambil.”
Bahkan ketika pertama kali ditawari pekerjaan membuat karya dengan teknik airbrush, Fauzan langsung menyanggupi. Padahal, belum pernah mencoba. Sebagai peserta didik Indonesia timur, nyalinya besar juga. Percobaan pertama gagal. 

Yang kedua, masih banyak salah-salah. Yang ketiga, baru berhasil. Maka, asyiklah dia membuat lukisan wajah dengan airbrush di baju kaos. 

Penulis pernah ditawari lukisan wajah Osama bin Laden, tapi menolak dengan halus. Prinsip Fauzan, “Apapun yang kita dapat harus kita syukuri, selagi kita masih mampu.” Sebuah tekad yang pantas diacungi jempol. Fauzan menjalani hidupnya dengan berani, dan penuh percaya diri. Siap bekerja keras, tapi tidak perlu sombong.

Tabel Aspek Psikologis Pembelajaran Melukis Fauzan
Persepsi
Motivasi
Sikap
Minat
Menganggap karya cat air bukan karya yang finish
Ingin mendapatkan pekerjaan
Belajar dari melihat masalah dan peluang
Tertarik kepada keindahan karya seni
Menganggap bahwa lingkungan  di IKJ  dan Jakarta kondusif untuk belajar
Melihat kegiatan seni sebagai sebuah peluang pekerjaan
Pekerja keras, percaya diri
Lebih tertarik kepada lukisan cat minyak ketimbang cat air
Kerja seni dianggap sama dengan kerja lain

Prakmatis, tidak idealis


F. Kesimpulan
Pada bagian yang terakhir ini adalah bagian yang paling sukar karena harus menyimpulkan sebuah proses pembelajaran yang belum selesai, karena objek yang diteliti adalah masih dalam proses, dimana yang diteliti adalah mahasiswa dengan pembelajaran mata kuliah tertentu. Namun banyak hal penting yang dapat diungkap dari tulisan ini. 

Pertama, adalah tentang bagaimana proses pembelajaran itu baik dari segi teori dan praktik. Dari bahan-bahan yang terkumpul ini, walaupun penulis bukan seorang yang ahli tentang pembelajaran, namun dari kumpulan teori ini dapat diulang-pelajari kembali mana yang kurang dan yang perlu ditingkat kan lagi dalam proses pembelajaran itu.

Kedua, adalah tentang substansi pembelajaran di bidang seni yaitu adalah pembelajaran tentang fakta, konsep, prinsip / asas, teori dan praktik. Mengenai substansi ini dapat disimpulkan bahwa dosen bukanlah harus seorang yang menguasai semua teknis atau teori yang telah berkembang sangat maju dewasa ini, namun dosen adalah seorang (1)motivator dalam pengertian memberikan motivasi kepada mahasiswa, (2) fasilitator yaitu yang memberikan fasilitas untuk belajar sehingga dapat berlangsung pengalaman belajar, dan mengubah orientasi mengajar kepada orientasi belajar-mengajar.

Ketiga, tidak semua metode mengajar itu harus dilaksanakan, ada yang tepat untuk mata kuliah yang satu dan ada juga yang tepat untuk mata kuliah yang lain, metoda pembelajaran yang tepat diantaranya adalah metoda tanya jawab, metoda demonstrasi, metida pemberian tugas dan metoda proyek. Disamping metoda lain seperti metoda ceramah yang dapat dilaksanakan secara komprehensif.

Keempat, hal yang tidak kurang pentingnya adalah aspek psikologis dalam pembelajaran di IKJ, dimana dalam hal ini (1) terlihat bahwa banyak mahsiswa tidak lagi membedakan pekerjaan itu seni atau tidak, tetapi sebuah pekerjaan dan mereka mendapatkan peluang untuk bekerja dari pekerjaan itu. Dalam hal ini pekerjaan seni memberikan kepada mereka sebuah peluang untuk bekerja. (2) Pekerjaan seni adalah pekerjaan yang menyenangkan karena mengurangi dapat mengurangi stres kehidupan, berhubungan dengan alam dan melihat masalah sosial yang kongkrit. (3) Umumnya belajar di IKJ memberikan peluang mereka untuk bekerja karena dekat dengan lapangan pekerjaan, hal ini berbeda jika mereka berada di daerah. (5) Mereka juga melihat bahwa dosen bukan sumber belajar satu-satunya tetapi juga teman-temannya sendiri.

Kelima, cat air adalah salah satu medum tradisional, disamping medium lainnya, namun medium ini masih menarik untuk dipelajari karena dapat menghasilkan karya seni yang bermutu dan unik. Hal ini dapat dilihat dari sejarah panjang cat air, dan juga perkumpulan-perkumpulan pecinta cat air di mancanegara.

Biografi singkat


Tarmizi Firdaus lahir tahun 1951, di kota Bukittinggi, Sumatrea Barat, Sekolah Taman Kanak-kanak di Franciscus Caverius, dan Sekolah Dasar no 9 di Bukittinggi. Kemudian SMP I Bukittinggi, SMA Negeri I, jurusan Ilmu Pasti Alam (Pas/Pal). Beliau kemudian menyambung ke jurusan Seni Lukis di Departemen Seni Rupa, ITB Bandung tahun 1970. Sekarang aktif sebagai pendakwah Islami di berbagai tempat, pengasuh Anak Asuh di lingkungan rumahnya di Bekasi, Jakarta. Disamping pengajar di IKJ , Cikini Jakarta. 


[1]  Yang dimaksud dengan sketsa disini bukanlah , sketsa pensil tetapi dalam hal menangkap atau memotret  keadaan lingkungan yang ada di Lombok dan Sumbawa.





Disukai Pengunjung