Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Selasa, 28 Juni 2011

Beberapa Karya Drs.H.Tarmizi Firdaus

Oleh. Nasbahry Couto



Tarmizi Firdaus kelahiran 13 Desember tahun 1950, di kota Bukittinggi, meninggal tgl.8 Agustus 2014. Beliau adalah anak bungsu dari  Nauman Dj. Dt. Mangkuto A. Walikota Bukittinggi Periode 1952-1957.

Beliau disamping pengajar di IKJ, juga bekerja sebagai ilustrator, pembuat film animasi, pelukis, pengarang cerita anak-anak dan pendakwah agama islam.

Beliau menikah dengan Nangdiati (adik ketiga penulis) dan berputra tiga orang yaitu Embun Firdaus, yang bekerja di bidang analis keuangan dep. Keuangan RI. Bunga Firdaus yang bergetak di Bunga Wedding Planner dan Fajar Firdaus yang bergerak di bidang swasta.

Penulis sudah berteman sejak Taman Kanak-kanak di F.Caverius, dan Sekolah Dasar no 9 di Bukittinggi. Kemudian di SMP I Bukittinggi, di SMA berpisah sebab beliau di SMA I, sedangkan penulis di SMA III, tetapi jurusan yang dimasuki sama yaitu jurusan Ilmu Pasti Alam (Pas/Pal).

Beliau kemudian menyambung ke jurusan Seni Lukis di Departemen Seni Rupa, ITB Bandung tahun 1970.

Tarmizi Firdaus Sebagai Pendakwah

Beliau semasa hidup  aktif sebagai pendakwah Islami di berbagai tempat, pengasuh Anak Asuh di lingkungan rumahnya di Bekasi, Jakarta.

Lihat video dakwah H.Tarmizi Firdaus.




Link videovideo lainnya




Komentar di face book Nasbahry C

Beliau meninggal di RS Islam, Cempaka Putih, Jum’at (8/8/14), sekira pukul 03.30, setelah beberapa jam menjalani operasi. Almarhun ustadz Tarmidzi Firdaus adalah salah satu narasumber program Mutiara Hikmah setiap Selasa pukul 16.00-17.00, di Radio Dakta 107 FM. 

Ia terakhir kali menjadi narasumber program Mutiara Hikmah, Selasa (5/8/14).
Sebelum menyampaikan Mutiara Hikmah hari itu, ia masih sempat shalat ashar berjamaah bersama karyawan Radio Dakta. “Biasanya, ustadz shalat ashar sendirian dengan memakai bangku kecil yang selalu ia bawa sejak ia sakit. Ia shalat ashar sendirian dengan maksudnya agar jamaah lain tak terganggu,” kata Ratna Wahyuningsih, mengenang.

Esok harinya almarhum, berdasarkan jadwal sudah harus cuci darah, karena sakit komplikasi termasuk ginjalnya bermasalah. Namun sebelum cuci darah, ia terjatuh di kamar mandi, kata Fajar anak almarhum yang paling bungsu.

“Kita sudah sarankan agar bapak diperiksa dulu ke dokter. Tapi bapak mendesak untuk cuci darah karena memang sudah saatnya untuk cuci darah. Akhirnya ibu menuruti kemauan bapak,” tutur Fajar.
Saat cuci darah, tiba-tiba kondisi bapak melemah. Kemungkinan ada sumbatan di kepala dari bekas jatuh. Lalu diputuskan untuk operasi.. ñOperasi dilakukan Kamis (07/08), dan berjalan lancar, dan sempat ia sadar. Meski masih terlihat ada pendarahan dari kepala. Usahan penyelamatan yang dilakukan tentu sudah cukup, Allah mengehendaki lain. “Ia dipanggil keharibaan Allah SWT, pada usia 63 tahun,” tutur Fajar sedih.

Ustadz Azmi Daud, salah satu teman dekat almarhun, menuturkan, almarhum adalah seorang ustadz yang istiqomah, dan sabar.
Bahkan kata Azmi Daud, meski dalam kondisi sakit, almarhum tetap saja berdakwah, melayani pengajian di majlis taklim, khutbah Jum’at, dan membuat tulisan di majalah Syiar Islam.
“Tausiyahnya santun, menyentuh, dan tulisannya sangat menggugah,” kenang Adzmi Daud, yang sudah kenal sejak tahun 1996.
Almarhum bersama para ustadz mendirikan lembaga dakwah Bina Imtaq, kemudian mendirikan lembaga dakwah Birrul Ummah, papar Azmi Daud.

Almarhum diberangkatkan dari rumah duka di Jl. Wijaya Kusuma, Kampung Dua, Bekasi Selatan, setelah sebelumnya dishalatkan di rumah duka dan di masjid Al Ikhlas yang tak jauh dari rumahnya. Almarhum di makamkan di TPU Pondok Kelapa Jakarta Timur

Sebagai pengajar/ Dosen

Disamping  berkarya seni, Tramizi Firdaus juga pengajar  di Institut Kesenian Jakarta, Cikini Jakarta.



Dalam artikel sebelumnya diceriitakan bahwa berapa orang, termasuk penulis dan Tarmizi Firdaus  sempat belajar bersama-sama dengan pelukis Wakidi (alm).

Dalam artikel tersebut diceritakan bahwa  proses belajarnya antara  tahun 1963-1969. Tarmizi dan Nasbahry kemudian melanjutkan studi ke jurusan Seni Rupa di Bandung. Nazwir (Win) masuk fakultas kedokteran Unand di Padang. Sedangkan Ardha masuk ke STSRI Yogyakarta (sekarang ISI), kemudian melanjutkan studinya di seni rupa itb.


Sedangkan Yazid yang keturunan pedagang, rasanya tidak melanjutkan studi. Diantara kelompok ini yang benar-benar menjadi pelukis adalah Yazid, Ardha dan Tarmizi Firdaus. Nazwir menjadi dokter di kota Medan, tetapi juga membuka sanggar untuk melukis.

Pertemuan terakhir 4 tahun sebelum meninggal

Pada tanggal 28 bulan Mei 2011, penulis sempat singgah ke rumah Drs.H. Tarmizi Firdaus. di Bekasi, Jakarta. Kesempatan singgah ini, sehubungan dengan penulis yang  berobat ke salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta, terutama untuk menjalani operasi CAD di rs. harapan kita. 

Pada saat itu Tarmizi juga sudah sakit-sakitan dan sering masuk rumah sakit di Jakarta, maklumlah orang-orang segenerasi dengan kami ini sudah masuk golongan tua.

Pada tahun  2017 penulis sempat ke Jakarta 3 tahun setelah beliau pergi.  Tentu saja tidak ketemu lagi dengan beliau.


Pada foto, terlihat Tarmizi Firdaus di dalam Ngarai Sianok tahun 2009, Bukittinggi. Meresapi alam, berdoa dan mengheningkan cipta, sebagai seorang penganut Islam yang taat

Anak bungsu Tarmizi yg singgah bulan Juni 2023 ke Bukittinggi

Karya-karya Tarmizi Firdaus

Sebenarnya, diantara kami beliau termasuk terpandai dalam menggambar atau melukis, 

Tarmizi Firdaus pernah bekerja di bidang grafis (GGI) yang dipimpin oleh Wagiono Sunarto , teman seangkatan di Seni Rupa ITB dulu (1970). Wagiono (almarhum) pernah menjadi rektor IKJ, (Institut Kesenian Jakarta). 

Karya-karya Ilustrasi, cerita anak-anak,  komik dan film.

Tarmizi juga pernah kerja menjadi ilustrator di Tira Pustaka, dan menghasilkan beberapa buku cerita bergambar untuk anak-anak. (Lihat di sini)Buku cerita anak itu umumnya dua bahasa yaitu bahasa inggris dan bahasa indonesia.

Beberapa karya cerita anak2 yang dibuat oleh Tarmizi Firdaus dan rekan kerjanya seperti  Bingah Sumarni, dan Denny A. Djoenaid. saat bekerja di Tira Pustaka yang bergerak dalam bidang penerbitan buku anak-anak dan kios koran.Jl. Cemara No.13a, Bakti Jaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16418, Indonesia. 

Lihat juga buku-buku yang di karang maupun tetdaftar di perpustakaan nasional di link ini

Beberapa buku yang di hasilkan diantaranya adalah. 







Sebetulnya banyak sekali karya2 ilustrasi Tarmizi baik yg dikerjakan secara individu maupun kerja tim. Lihat videonya di sini.

Karya Lukisan

Sayang sekali, beberapa karya Tarmizi, tidak atau belum dapat dibuat  pada blog ini, pada kesempatan lain mungkin karya-karya yang dimaksud dapat dimuat pada blog ini.

Dari beberapa lukisan  yang ada, terlihat kecintaan pelukis ini dengan alam, yaitu alam yang lanskap yang di alaminya dahulu di tanah kelahirannya Sumatera Barat. Disamping itu, tampak pula dari beberapa lukisannya beliau mengkritik kehidupan kota besar yang kacau dan menuju kepada kehancuran. 

Alam yang nampak adalah ungkapan perasaan simbolik  terdalam dari pelukis yang muncul secara tidak sadar, batu karang simbol kekuatan, kekokohan, keteguhan sebuah perasaan di tengah, warna-warni yang melankolis, suasana senja pertanda berakhirnya siang menuju malam atau akhir kehidupan. 

Perasaan seperti ini tentu tidak dibuat-buat sebab beliau sudah lama menderita sakit, dan tetap bisa eksis hidup di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta. Terutama untuk memberikan angin segar dan ketenangan batin kepada orang-orang sebagai pendakwah Islami yang telah ditekuninya selama 20 tahun.


Kamar kerja Tarmizi firdaus, sekaligus untuk tempat istirahat
Tarmizi Fidaus dan Nangdiati (istri)

 
Tarmizi Firdaus dan anak-anak asuhnya. 

Anak-anak terlantar yang ada di sekitar kediaman Tarmizi di jadikan anak asuh,  umumnya adalah anak-anak ini tadinya tidak sekolah, kemudian dijadikan anak asuh dan dibiayai/diurus sekolahnya. Dan pada waktu tertentu berkumpul di halaman rumahnya dengan dermawan yang memberikan sumbangan. Tradisi ini diteruskan istrinya setelah beliau meninggal dunia.

Lukisan-lukisan yang di muat di bawah ini adalah beberapa karya yang sempat penulis potret sewaktu singgah di rumah Tarmizi Firdaus, di Jakarta. Karena waktunya sangat sempit, penulis hanya sempat memotret beberapa lukisan yang ada, (tanpa direncanakan). 

Ada yang dibuat dari cat minyak dan ada pula yang dengan cat air atau poster, yaitu bahan yang disenangi oleh Tarmizi dalam melukis.

              Beberapa Karya Tarmizi (2011)


Bencana yang muncul di kehidupan kota besar


Ingatan terhadap kebesaran Tuhan dan keindahan alam yang diciptakannya






Padang Hilalang


Pondok di lereng gunung mengingatkan rumah manusia


Ranting kayu pertanda akhir kehidupan



Catatan
Ada sekitar 50 orang anak asuh beliau ini sekarang ini. Bagi yang berminat  untuk membantu dana untuk anak-anak asuh Tarmizi dapat menghubungi telp.mobile: 08128433007 atau 081386419652 atau 0218890174 (atas nama ibu Nangdiati) tetapi kontak dahulu apakah kegiatan sosial ini masih jalan melalui telpon di atas.











Disukai Pengunjung