Selasa, 18 Januari 2011

Lukisan-lukisan Studi Nasbahry Couto (sambungan)


 
Pemandangan di sebuah danau (1974-1975). Cat minyak diatas kanvas. Lukisan ini dibuat sekitar tahun 1975. Sewaktu penulis tinggal di jalan Dipatiukur, (depan Unpad), Bandung , Jawa Barat . Perkenalan penulis dengan pelukis Chan Tanjung, yang tinggal di dekat Kebun Binatang (Jalan Taman Sari), mendorong untuk membuat lukisan ini untuk memperlihatkan kepada beliau bahwa penulis juga bisa melukis, waktu itu penulis masih menjadi mahasiswa.






Karya Eksperimen (Cat Minyak). Karya ini dibuat sekitar tahun 80-an.
Setelah masuk  pendidikan  Komunikasi Seni (Art Communication) dan mendapat sarjana muda (1973) di ITB Bandung, penulis melanjutkan studi ke Jurusan Grafis (studio Grafis). Namun minat melukis tetap ada. Namun corak lukisan penulis sudah sangat bervariasi, diantaranya adalah seperti yang terdapat pada laman ini. Bahasa yang dipakai bukan lagi objek semata tetapi permainan warna dan bentuk. Kekuatan untuk menangkap suasana alam masih nampak pada beberapa lukisan penulis tetapi masuk ke lingkungan yang lebih abstrak.
 
Memancing di Pelabuhan Teluk Bayur (1980). Lukisan ini menggambarkan kegiatan memancing di pelabuhan Teluk Bayur dengan seorang sahabat penulis yang bernama Bomantoro (alm) dari jurusan bahasa Indonesia. Beliau ini setelah kawin dan mengajar puluhan tahun meninggal karena sakit diabetes. Waktu itu kami masih lajang dan tinggal di asrama dosen IKIP Padang.
Wajah Gadis yang Luka (1981)
Cat minyak, di atas kanvas), lukisan ini dibuat sekitar tahun  80-an, dalam rangka pameran cat air di Taman Budaya Padang. Benturan-benturan besar dalam hidup ini kadang-kadang adalah atas hubungan atau komunikasi lain jenis, benturan-benturan itu  dapat menghasikan keretakan,  goresan, warna-warni, kadang-kadang sangat mengesankan dan juga kadang-kadang juga membosankan, dapat ditafsirkan sebagai luka yang tak pernah sembuh, jika hal itu tak dapat dihapus dari ingatan.
Penari, 1980, cat minyak diatas kanvas. Lukisan ini dibuat  sekitar tahun 1980-an, yang berusaha untuk mengungkapkan permainan cahaya, gerak penar. Terutama permainan cahaya. Gagasan dari lukisan ini muncul karena istri penulis yang saat itu juga seorang penari.
 
Rumah terpencil di atas Bukit. (1990)
Alam Lestari (1992), Cat minyak di atas kanvas, 
Lukisan ini dibuat sekitar tahun 1992, lukisan ini dipamerkan dalam rangka peresmian hotel Pusako, Bukittinggi, tanggal 2-3 Maret 1992.Fatamorgana alam. Alam itu tempat manusia mengembara dan hidup, dalam lukisan ini digambarkan seakan-akan seseorang berada pada padang rumput yang luas yang sepi, semakin jauh semakin luruh, batas horison yang tidak jelas, mengaburkan bentuk-bentuk langit. Bentuk-bentuk kebiruan dan warna tanah padang ilalang yang menyentuh. Sebuah gambaran tentang kesepian yang di alami pelukis.

Tujuh pohon kering (1991). Cat minyak (oil Painting), di atas kanvas. Pada hutan yang gelap, ada jalan setapak, membelah rimbunan hutan. Lukisan ini mengekpresikan kemisteriusan dan keheningan. Sebuah lingkungan yang mengajak pengamat untuk enikmati kesepian, mungkin juga kesedihan. Pohon tua yang lapuk, kesadaran tentang dunia yang tidak fana.
Rumah kumuh (1992), Cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini gagasannya muncul mengingat pengalaman penulis tinggal di kota Bandung sewaktu masih menjadi mahasiswa. Daerah slum, daerah kumuh, bagi kebanyakan orang tidak perlu dilihat, apalagi dilukiskan. Tetapi bagi para pelukis daerah kumuh dapat menjadi sumber gagasan untuk melukis.


Ngarai Lambah, 2006, Cat minyak di atas kanvas. Lukisan ini dibuat dalam rangka pameran 150 tahun Seni Rupa Sumatera Barat. Namun lukisan ini tidak masuk dalam katalog pameran "Ngarai Sianok Differenza in Dentro uno Passa" Karena mungkin dianggap panitia saat itu kurang bermutu.